Kisah Sepotong Brownis

  • Jumat, Juli 11, 2014
  • By Indihome Sidoarjo
  • 0 Comments

11 Juli 4 tahun yang lalu. Tepatnya adalah hari paling bersejarah di dunia dan dalam hidupku. Karena di hari itulah Final Piala Dunia ke-19 diselenggarakan, dan dihari itu pula awal mula pertemuanku dengannya. Seorang teman sekamar dimana aku akan menghabiskan waktuku selama 3 tahun guna menjalani sebuah kewajiban. Yaitu menuntut ilmu.

Dia bukanlah teman sekamar yang awalnya aku rencanakan. Kehadirannya sama sekali tak diundang. Bisa juga dibilang nyelonong. Tapi apa mau dikata, nasi sudah menjadi lontong. Dan justru disitulah garis takdirku.

Tinggi sama rata, berat sedikit berbeda. Namun bahasa yang awalnya menjadi kendala kita. Meski dari suku yang sama, tapi kita berbeda karakter, bakat, minat, dan daya pikir. Dia orangnya terencana, sedangkan saya realistis. Dia jago futsal, saya ahli dalam kecepatan. Dia agamis, saya suka travelling. Dia juara kelas, tapi saya juara di hati seseorang. Tapi sadar atau tidak, justru perbedaan itulah yang saling melengkapi kita.

Kami tak perlu berlama-lama untuk beradaptasi dengan lingkungan belajar kami yang baru. Berbedanya kelas antar kita berdua membuat kita sama-sama mendapat teman baru yang berbeda & beragam. Tahun pertama pun kami isi dengan kegiatan kita masing-masing. Baik itu di organisasi maupun di non-organisasi.

Ada beberapa hal yang tidak saya sukai dari dia. Dia orangnya tidak bisa menjaga rahasia. Mulutnya yang tidak bisa diam. Dan saya pernah jadi korbannya. Dan hingga kini saya menyesal kenapa saya ceritakan hal itu kepadanya.

Dan pastinya bloggeristic bertanya-tanya kan kenapa artikel ini saya namakan “Kisah Sepotong Brownies” ? Jadi begini ceritanya, kapan hari, ketika saya membuka & hendak memakan brownies *mand* rasa cokelat. Saya jadi teringat sahabat saya yang satu ini. Yang saya ingat apa ? Saya masih ingat kala debut pertamanya yang gagal. Tapi saya akui, keberaniannya dalam mengungkapkan patut saya apresiasi meski hasilnya mengecewakan. Berbeda dengan saya yang menunggu saat yang tepat tapi ternyata hasilnya sama saja. Namun dia cepat move on, ya meski kisah cintanya hanya berjalan sesaat, cepat, dan mungkin terpaksa.

Hari demi hari terus berlalu. Dan semua kelebihan & kekurangan dari diri kita sama-sama kita tutupi. Memang sering adanya pertengkaran. Namun kami kembali saling bertegur sapa. Karena pasti, kami tak ingin disulut api neraka. Sempat juga terlintas dibenak, ingin pindah hunian. Namun tuhan selalu mencegahku melakukan itu dengan merubah situasi yang ada sekarang.

Yang saya heran, ternyata saya bisa bertahan 3 tahun bersama orang itu hingga berakhirnya masa belajar kita di kota itu. Meski kini kita sama-sama berpisah untuk meraih impian & tujuan masing-masing. Tapi yang pasti, dia adalah salah satu orang yang berpengaruh dalam perubahan mind set & perilaku saya saat ini.

Dia sahabatku.
Dia tahu kekuranganku. Dia tahu kelebihanku. Dia tahu rahasiaku.
Dan aku salah telah menaruh rahasia di tempat yang tidak semestinya.
Dia merugikanku.
Tapi dia memberikan banyak pelajaran berharga bagiku.
Salah satunya adalah sebuah pengalaman hidup. Pengalaman berteman dengamu…

 
Malang, 2 Februari 2013 

Ghorib - Danang - Rahman

You Might Also Like

0 komentar