11
Juli 4 tahun yang lalu. Tepatnya adalah hari paling bersejarah di dunia dan
dalam hidupku. Karena di hari itulah Final Piala Dunia ke-19 diselenggarakan,
dan dihari itu pula awal mula pertemuanku dengannya. Seorang teman sekamar
dimana aku akan menghabiskan waktuku selama 3 tahun guna menjalani sebuah
kewajiban. Yaitu menuntut ilmu.
Dia bukanlah teman sekamar yang awalnya aku rencanakan. Kehadirannya sama
sekali tak diundang. Bisa juga dibilang nyelonong. Tapi apa mau dikata, nasi
sudah menjadi lontong. Dan justru disitulah garis takdirku.
Tinggi
sama rata, berat sedikit berbeda. Namun bahasa yang awalnya menjadi kendala
kita. Meski dari suku yang sama, tapi kita berbeda karakter, bakat, minat, dan daya
pikir. Dia orangnya terencana, sedangkan saya realistis. Dia jago futsal, saya
ahli dalam kecepatan. Dia agamis, saya suka travelling. Dia juara kelas, tapi
saya juara di hati seseorang. Tapi sadar atau tidak, justru perbedaan itulah
yang saling melengkapi kita.
Kami
tak perlu berlama-lama untuk beradaptasi dengan lingkungan belajar kami yang
baru. Berbedanya kelas antar kita berdua membuat kita sama-sama mendapat teman
baru yang berbeda & beragam. Tahun pertama pun kami isi dengan kegiatan
kita masing-masing. Baik itu di organisasi maupun di non-organisasi.
Ada
beberapa hal yang tidak saya sukai dari dia. Dia orangnya tidak bisa menjaga
rahasia. Mulutnya yang tidak bisa diam. Dan saya pernah jadi korbannya. Dan
hingga kini saya menyesal kenapa saya ceritakan hal itu kepadanya.
Dan
pastinya bloggeristic bertanya-tanya kan kenapa artikel ini saya namakan “Kisah
Sepotong Brownies” ? Jadi begini ceritanya, kapan hari, ketika saya membuka
& hendak memakan brownies *mand* rasa cokelat. Saya jadi teringat sahabat
saya yang satu ini. Yang saya ingat apa ? Saya masih ingat kala debut
pertamanya yang gagal. Tapi saya akui, keberaniannya dalam mengungkapkan patut
saya apresiasi meski hasilnya mengecewakan. Berbeda dengan saya yang menunggu
saat yang tepat tapi ternyata hasilnya sama saja. Namun dia cepat move on, ya
meski kisah cintanya hanya berjalan sesaat, cepat, dan mungkin terpaksa.
Hari
demi hari terus berlalu. Dan semua kelebihan & kekurangan dari diri kita
sama-sama kita tutupi. Memang sering adanya pertengkaran. Namun kami kembali
saling bertegur sapa. Karena pasti, kami tak ingin disulut api neraka. Sempat
juga terlintas dibenak, ingin pindah hunian. Namun tuhan selalu mencegahku
melakukan itu dengan merubah situasi yang ada sekarang.
Yang
saya heran, ternyata saya bisa bertahan 3 tahun bersama orang itu hingga
berakhirnya masa belajar kita di kota itu. Meski kini kita sama-sama berpisah
untuk meraih impian & tujuan masing-masing. Tapi yang pasti, dia adalah
salah satu orang yang berpengaruh dalam perubahan mind set & perilaku saya
saat ini.
Dia sahabatku.
Dia tahu kekuranganku. Dia tahu kelebihanku. Dia tahu rahasiaku.
Dia tahu kekuranganku. Dia tahu kelebihanku. Dia tahu rahasiaku.
Dan aku salah telah menaruh rahasia
di tempat yang tidak semestinya.
Dia merugikanku.
Tapi dia memberikan banyak pelajaran
berharga bagiku.
Salah satunya adalah sebuah
pengalaman hidup. Pengalaman berteman dengamu…
Malang, 2 Februari 2013
Ghorib - Danang - Rahman
0 komentar